Sunday, May 23, 2010

Sakura Kecilku

Andra menatap sebuah foto disamping tempat tidurnya itu. Foto ia berdua bersama Sakura, tunangannya yang telah meninggal beberapa minggu yang lalu. Dalam foto itu, tampak Andra dengan mesra merangkul Sakura sambil tertawa. Namun kecelakaan itu, kini membuat Andra semakin terpuruk. Setiap hari, ia hanya bisa merenung, menangis, bahkan sampai lupa waktu makan. Ya, Andra sangat mencintai Sakura.
Tok tok tok! Sebuah ketukan pintu membuyarkan lamunan Andra.
“ Masuk! Nggak dikunci, kok! “, Andra acuh.
Tampak seorang gadis berumur sekitar 17 tahunan memasuki kamar berukuran 3x4 itu.
“ Kak Andra belum makan siang, kan? Ini sudah jam 3 lho, kak. Kakak belum makan dari pagi. Nanti kakak sakit! “, Reina duduk disamping kakak semata wayangnya itu.
“ Aku lagi nggak lapar kok, Rei! “, jawab Andra sambil menaruh bingkai foto itu ke tempatnya semula.
“ Kak, sampai kapan sih, kakak harus begini? “, Tanya Reina dengan penuh prihatin.
Andra terdiam. Ia tak tahu harus menjawab apa.
“ Kak, Reina tahu kok perasaan kakak gimana. Reina bisa kok ngerasainnya, waktu Reina juga kehilangan Dhani. Tapi 1 hal yang harus Kak Andra ingat, umur Kak Andra itu masih panjang. Masih banyak yang harus kakak lalui di dunia ini, bukan hanya meratapi kepergian Kak Sakura. Lagipula sampai kapan Kak Andra mau begini terus? Kak Sakura memang udah nggak ada, tapi cinta kakak bakalan selalu hidup di hatinya. Kakak harus ingat itu! “, jelas Reina panjang lebar.
“ Heh anak kecil, jangan sok tau deh! Tahu apa kamu tentang cinta? Sekolah aja yang bener dulu, baru ngurusin hal yang kayak gituan! “, Andra mencibir.
“ Terserah Kak Andra aja deh! Reina males ngomong sama kakak. Di nasehatin baik-baik eh malah di kritik. Ya sudah, capek Reina ngurusin kakak! “, Reina kemudian berlalu dari kamar kakaknya itu. Andra hanya terdiam. Sepertinya ia teringat sesuatu jika ia melihat tingkah laku Reina barusan. Tapi apa? Andra berusaha untuk mengingatnya.


Pertandingan karate barusan membuat Reina terlihat sangat capek. Ia sudah lama menjadi Shinpai dan bersabuk hitam. Kini ia mengurus sebuah Dojo yang tak jauh dari tempatnya bersekolah. Bisa dibilang, ia merupakan salah satu Shinpai termuda.
“ Capek, Rei? “, suara Andra mengagetkan Reina yang tengah sibuk menggulung sabuknya.
“ Kak Andra? Ngapain Kak Andra ke sini? “, Reina terkejut.
“ Kak Andra Cuma mau jemput kamu kok. Mama sama papa lagi ke acara pengantin. “, jawab Andra sambil duduk disebelah Reina.
“ Tapi Reina kan biasanya pulang sendiri. “,
“ Kamu nggak mau Kak Andra jemput? Baru kali ini lho Kak Andra lagi berbaik hati sama kamu. Tapi kalau kamu nggak mau, ya sudah. “, Andra hampir benar-benar pergi jika saja Reina tidak memanggilnya.
“ Kak Andra, tunggu! “,
“ Kenapa, Rei? “,
“ Oke deh, Reina mau kok dijemput sama Kak Andra. Tapi, traktir makan, ya. Hehe. Reina laper banget nih! “, Reina memelas sambil memegangi perutnya yang sedari tadi keroncongan.
“ Makan mah gampang! Ya udah, kalo urusan kamu sudah selesai, langsung ke mobil aja, ya! Kakak tunggu kamu disana! “, ucap Andra kemudian pergi.
Ada angin apa ya, Kak Andra tiba-tiba jadi gini? Kami kan nggak pernah akur. Ah, biarin aja deh! Yang penting bisa makan gratis, hehe. Reina langsung menuju mobil Honda jazz merah yang terparkir di depan dojo itu.
“ Rei, pacar kamu sekarang siapa sih? “, Andra bertanya ketika dilihatnya makanan Reina sudah habis.
“ Katanya harus belajar dulu, baru boleh main cinta-cintaan…”, Reina mencibir, ia masih tersinggung dengan perkataan kakaknya beberapa hari yang lalu.
“ Ya udah, kalo gitu Kak Andra minta maaf, ya. Tapi kakak pengen tau aja, udah berapa sih pacar kamu? “
“ Pacar? I don’t have a boyfriend yet! No boy, no cry!!! “, Reina tertawa.
“ Widih, udah jomblo berapa lama sih, kamu? “,
“ berapa lama ya? Kira-kira udah lebih setahun kayaknya! “,
“ Buset dah, tahan bener kamu Rei, ngejomblo selama itu? Ckck…”, Andra mengeleng-gelengkan kepalanya.
“ Why not? Kak Andra, cinta itu ibarat kupu-kupu. Yang kalau dikejar pasti ia bakalan lari, tapi kalo didiemin ya dia nanti juga datang sendiri kok! “, ucap Reina sambil mengaduk cappuccino-nya.
“ Sok puitis kamu, Rei! “, Andra tertawa
“ Yeee….emang gitu kok kenyataannya. Coba deh sekali-sekali Kak Andra betul-betul memaknai apa arti dari cinta…”,
“ Udah deh, Rei! Capek Kak Andra dengerinnya! “, tawa Andra tiba-tiba pecah.
“ Huh, ya sudah kalo Kak Andra gak mau! “, Reina menyeduh cappuciono-nya.
Andra tiba-tiba teringat sesuatu. Dari senyuman Reina, cara Reina tertawa, mengingatkan Andra pada suatu hal. Bodoh! Kok gue baru sadar sekarang, ya? Selama ini Andra memang jarang melihat tawa dan senyum Reina.


“ Andra, papa dengan mama mau ngomong sama kamu! “, ucap Papa sambil menurunkan koran yang sedari tadi dibacanya.
“ Iya, Ndra. Ini masalah masa depan kamu “, mama ikut-ikutan menimpal.
“ Apaan sih Ma, Pa? “, Andra heran. Ia lalu mengecilkan suara volume tv di ruang keluarganya itu.
“ Begini, Ndra. Kamu tahu Anita, kan? “, Mama bertanya.
“ Anita, temennya papa, kan? Yang sering main kesini waktu Andra masih kecil…”, Andra mencoba mengingat-ingat.
“ Iya, nak. Dia baru saja mengambil S2-nya, jurusan sastra. “, Mama meyakinkan.
“ Trus? Apa hubungannya dengan Andra? “, Andra penasaran.
“ Ehm. Ndra, papa sama mama berniat menjodohkan kamu dengan Anita. Lagian Anita dengan orangtuanya juga sudah seuju, kok! “, papa berusaha menjelaskan.
“ Papa sama mama mau menjodohkan aku dengan Anita? Pa, Ma, aku sama sekali nggak cinta sama Anita. Andra cuma menganggap Anita seperti adek Andra sendiri, nggak lebih! “, Andra melawan.
“ Memangnya kamu sudah menemukan pengganti Sakura, nak? “, mama mencoba menenangkan.
“ Sudah, ma! “, Andra terlihat tenang.
“ Baguslah kalau begitu. Papa harap dengan secepatnya kamu memperkenalkan pada papa, siapa orang itu! “,
“ Papa sama Mama sudah kenal kok, siapa orangnya! “
“ Memangnya siapa, nak? “, Mama berusaha membujuk anaknya.
Reina keluar dari kamarnya, menuju dapur. Ia sementara menuruni anak tangga ketika mendengar namanya disebut, lalu berhenti sebentar.
“ Dia Reina Destyana, Ma, Pa. Adik aku…”,
Betapa terkejutnya mama orangtua Andra saat mendengar pernyataan Andra barusan. Hampir saja mamanya pingsan, kalau Papa tidak segera menyadarkannya.
“ Andra, kamu sudah gila! Kamu mencintai adikmu sendiri? “, suara papa meninggi.
“ Pa, maafin Andra. Tapi inilah perasaan Andra yang sebenarnya…”,
“ Kak Andra, Ma, Pa….”, tiba-tiba Reina mucul dengan wajah yang pucat. Ia sudah tak sanggup lagi membendung airmatanya.
“ Reina….”,
“ Oh, ternyata arti dari perhatian kakak selama ini, karena Kak Andra mencintai Reina? Kak, Reina mohon, jelasin semuanya! “, kata Reina di sela-sela tangisannya.
“ Rei, kakak sayang sama kamu, melebihi rasa sayang antarsaudara. Kakak harap kamu mau mengerti perasaan kakak…”,
“ Kak, kenapa Kak Andra bisa jatuh cinta sama Reina? Kenapa, kak? KENAPA??? “, Reina memeluk ibunya yang hanya bisa menangis.
“ Karena kamu mirip sama Sakura, Rei. Dari senyum kamu, cara kamu tertawa, semuanya mirip Sakura. Persis. Setiap kakak ngeliat senyum kamu, kakak langsung ingat sama Sakura. Cuma kamu yang bisa menghidupkan perasaan kakak kembali…”, Andra menjelaskan.
“ Kak Andra, aku sama sekali tidak mencintai kakak. Perasaan Reina hanya sebagai saudara, tidak lebih! “,
“ Rei, kamu harus mengikuti perintah kakak. Kamu harus mau menikah dengan kakak! “, tegas Andra.
“ Andra, hentikan!!! “, sebuah tamparan melayang di pipi kiri Andra. Papanya itu sudah tak sanggup lagi menahan amarahnya.
“ Pa…”,
“ Andra, kamu tega! Kamu tega melukai ibu kamu, Reina, bahkan papa! Kamu mau menikah dengan saudara kandung kamu sendiri? Itu pernikahan haram, Andra! HARAM! Papa sama mama tidak mungkin bisa menyetujui ini! “, Papa betul-betul murka, hampir saja ia akan menampar anaknya lagi untuk yang kedua kalinya, kalau saja ia tidak dicegah oleh istrinya.
“ Kak Andra harus ingat satu hal, REINA ADALAH REINA. Selamanya akan tetap REINA DESTYANA. Reina bukan Sakura, kak. REINA BUKAN SAKURA!!! “, Reina betul-betul merasa tertekan, tak menyangka bahwa kakaknya sendiri mencintainya lebih dari sekedar adik.
“ Reina, maafin Kak Andra……”,
“ Reina nggak akan pernah bisa maafin kakak. Reina benci sama kakak!!! REINA BENCI KAK ANDRA!!! “, Reina kemudian berlalu, membanting pintu kamarnya keras-keras. Sangat sulit baginya untuk menerima sebuah kenyataan pahit ini.


2 tahun kemudian…

Tok tok tok!
“ Masuk! “, Reina tetap melanjutkan aktivitas melukisnya.
Seorang wanita memasuki kamarnya. ia menggendong seorang bayi mungil berusia 10 bulan di pangkuannya.. Reina melihatnya tersenyum.
“ Kak Anita, Vira sudah makan, belum? “, Reina bertanya.
“ Mas Andra lagi beliin bubrnya kok, Rei. “, Anita tersenyum.
Semenjak kejadian malam itu, Reina hampir saja bunuh diri, kalau ibunya tidak segera mengunjunginya di kamarnya. Andra pun kabur dari rumah, namun itu hanya berlangsung beberapa hari. Setelah Andra kembali, ia bersedia untuk menyetujui perjodohannya dengan Anita dan mulai belajar untuk mencintai wanita itu. Sukses, sekarang mereka telah dikarunai seorang bayi mungil.
“ Wah, Kak Anita beruntung banget lho punya suami yang baik seperti Kak Andra “, Reina tersenyum sambil meraih Vira dari pangkuan Anita.
“ Ah, kamu ada-ada aja deh, Rei. “, Anita tertawa, Reina pun begitu. Kini Reina bukan lagi Sakura kecil Andra, melainkan hanyalah tetap seorang Reina Destyana.

No comments:

Post a Comment