Wednesday, July 24, 2013

Negeri Dongeng dan Realitanya

Ini realita, dan dongeng hanya akan tetap menjadi sebuah pengantar tidur belaka. Hanya sebuah pengantar tidur...

Ini realita, dan cerpen hanya akan tetap menjadi sebuah hiburan belaka. Hanya sebuah hiburan…

Imajinasi itu seolah menjadi sahabat baikku ketika realita membalikkan punggungnya. Tidak ada apa-apa, tidak juga dirimu. Karena kau tidak lebih dari sekadar pengantar tidur yang menghiburku di setiap malam.

Perlahan aku mulai membuka mata, melihat sekeliling dunia dari sisi yang nyata. Aku hampir tidak sadar, sebegini lamanyakah aku berada di negeri dongeng? Negeri dengan sejuta khayalan yang menjadi nyata di alam pikirannya sendiri, indah, bebas, tanpa beban.

Aku seperti berjalan di atas taman bunga. Irama melodi yang mengalun terdengar bahagia bersama dengan simfoni cintanya. Segala kisah akan kekal abadi selamanya, menjadi romantis seumur hidup tanpa ada jeda yang memotongnya. Oh negeri dongeng, telah kurajut cerita cintaku di sana. Meraba setiap punggung-punggung kehidupan ratu dan raja, aku dan kau hidup bahagia.

Kau adalah segala peran dalam setiap dongengku. Kau kucintai dan kumiliki, kau segalanya. Kau bahagia dan kita menjalin cinta bersama-sama. Hatimu tempatku berlabuh, tanganmu ku genggam sehingga tak akan ada perpisahan, dirimu kurangkul erat selamanya. Cinta kita abadi...

Oh negeri dongeng, indah nian di pelupuk mataku. Hanya dengan berada di sana aku bisa menyentuh cintanya, hanya dengan berada di sana aku dapat memadu kasih dengannya. Oh negeri dongeng, andai selamanya dapat ku tempuh hidupku di sana…

Ah, realita. Aku bosan dengan euforia kepalsuanmu. Di saat segala hal menjadi serba tidak mungkin, aku turut bertekuk lutut. Di saat mereka menendang dengan kasar, aku terhimpit di antara puing-puing harapan. Apa lagi yang menarik? Nyaris tak ada. Realita terlalu suram untuk ku tempati berpijak.

Tapi kenyataannya, aku adalah realita dari kehidupan yang selama ini ku jalani. Ya, ini memang realita, dan negeri dongeng hanya akan menjadi bualan belaka.

Buta

Ia mendengar bahwa kekasihnya sedang memeluk bunga melati sebagai tanda akan cintanya kepada perempuan lain,

Ia mendengar kekasihnya akan menanam bunga melati itu di hatinya.

Ia mencoba untuk tetap berdiri di atas garis yang telah ia buat, namun angin kencang yang menerpanya barusan membuat dirinya goyah. Ia terjatuh, namun belum juga beranjak. Ia masih di sana, dengan nafas yang dibuatnya untuk bertahan hidup. Sebisa mungkin ia mencoba untuk terlihat baik-baik saja, namun siapa yang tahu akan isi hatinya?

Ia menangis, hatinya meraba sebuah perasaan yang hampir mati. Di mana cinta yang pernah berkobar-kobar itu?

Padahal baru saja ia menjadi seekor kumbang yang riang dalam tawa. Seekor kumbang yang baru saja menemukan kuncup bunga yang indah nan harum dan menjadi tahtanya layak seorang ratu semalam. Mengapa kini ia harus terluka?

Ia bahkan tak bisa melihat sisi mana ia akan terus berpijak. Semuanya terlihat begitu gelap, kosong, hampa, ia menjadi buta.

Ia menjadi buta…